29 May 2017

Remaja Kita dan Keterasingannya*

Mochammad Said


Ketika penulis dihubungi pengurus redaksi majalah ini dan diminta menulis untuk rubrik ini, tiba-tiba pikiran penulis tertuju pada sebuah berita di media massa tentang peristiwa yang belum begitu lama berlalu. Berita itu memuat tentang peristiwa kekerasan yang dilakukan beberapa santri di sebuah pesantren di Jombang yang berujung pada kematian korban. Penulis sendiri awalnya heran, mengapa ia langsung teringat pada peristiwa itu. Namun setelah penulis renungkan, mungkin hal itu terjadi karena peristiwa tersebut adalah peristiwa yang mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Bagaimana tidak, para santri yang dididik dan diasuh di lembaga pendidikan yang bernama pesantren, tega melakukan perbuatan yang tidak manusiawi itu. Padahal, pesantren adalah salah satu kawah candradimuka dalam pendidikan moral di negeri ini.

28 May 2017

Negara, Gizi Rakyat, dan Maqashid Syariah*

Indonesia adalah negara besar, dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa. Hal tersebut di satu sisi adalah berkah, karena apabila dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan kesejahteraan bangsa dan negara. Namun apabila tidak dikelola dengan baik, berkah itu dapat berubah menjadi bencana karena akan menghambat pembangunan dan pertumbuhan kesejahteraan bangsa dan negara. Kita semua tentu sudah paham bahwa kesejahteraan sebuah bangsa terletak terutama bukanlah pada kuantitas penduduknya, tetapi pada kualitasnya. Kualitas penduduk yang dimaksud mencakup berbagai aspek, seperti kualitas fisik, pendidikan, dan keterampilan serta keahlian.

17 January 2017

Di Balik Pecinta Tuhan



Alhamdulillah. Itulah kata pertama yang saya ucapkan setelah menyelesaikan penyuntingan dan penerbitan buku Pecinta Tuhan karya almarhum Ustadz Aang Baihaqi. Terbitnya buku tersebut saya harapkan dapat menjadi pelepasan beban psikologis yang selama ini saya rasakan. Mengapa demikian? Karena selama 2 tahun lebih saya kepikiran tentang hal tersebut. Dan rasanya tentu sangat tidak nyaman ketika kita kepikiran tentang suatu hal yang harus diwujudkan namun tidak terselesaikan.

04 December 2016

Yang Terserak: Secuil Kisah Perjalananku

“Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga.” –K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)             


Beberapa minggu yang lalu, Hanif Junaedy -adik kelasku di pesantren- mengirim sebuah pesan pribadi lewat Facebook padaku. Ketika kubaca, isinya adalah informasi tentang lomba menulis cerpen yang diadakan oleh CSS MoRA, organisasi yang menaungi para mahasiswa penerima beasiswa S1 PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) dari Kemenag RI. Lomba cerpen tersebut bertema tentang kisah inspiratif para penerima beasiswa PBSB. Aku, Juned (panggilanku pada Hanif Junaedy), dan beberapa teman lainnya dari pesantrenku merupakan alumni program beasiswa tersebut.

Dia menanyakan padaku, apakah aku tidak berminat untuk mengikuti lomba tersebut, karena menurutnya, kisahku sangat unik dan inspiratif, sehingga sayang sekali kalau tidak ditulis dan diikutkan dalam lomba tersebut. Aku pun membalasnya dengan mengatakan bahwa aku tidak bisa menulis cerpen, hahaha... Ya, memang demikianlah kenyataannya. Namun di balik itu, aku sebenarnya memiliki alasan yang lebih mendasar. Bagiku, kisah perjalananku dari pesantren hingga mendapat beasiswa PBSB untuk studi S1 di UGM, pengabdian di pesantrenku pasca-lulus S1, dan beasiswa dari IDB-UIN Walisongo untuk studi S2 di Unair tidak layak untuk diikutkan dalam lomba tersebut. Atau setidaknya, belum bisa dikatakan layak. Mengapa? Karena menurutku, masih amat banyak kisah lain yang lebih unik dan inspiratif dibandingkan kisah perjalananku. Selain itu, aku sendiri merasa “terlalu berlebihan” kalau perjalananku itu disebut inspiratif.

08 July 2015

Pembangunan Minus Keadilan

Mochammad Said

            Pada bulan April lalu, tepatnya 16 April 2015, kita dikejutkan dengan putusan PTUN Semarang yang ‘tidak mengejutkan’. Putusan tersebut menolak gugatan warga Rembang terkait pemberian izin lingkungan oleh Gubernur Jateng untuk penambangan dan pendirian pabrik PT Semen Indonesia di Rembang. Padahal, kalau merujuk pada aturan hukum yang berlaku, ada beberapa pelanggaran hukum dalam proyek pabrik semen tersebut (kpa.or.id).
Pertama, penggunaan daerah karst Rembang sebagai area penambangan batuan kapur untuk bahan baku pabrik semen melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Pasal 63 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung imbuhan air dan Perda RTRW Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 Pasal 19 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung geologi.