13 June 2015

RPA dan Kebutuhan Kesehatan Komunitas: Belajar dari Lapangan[1]

Mochammad Said[2]



Pendahuluan
            Rapid Participatory Appraisal (RPA) adalah sebuah teknik kualitatif untuk asesmen komunitas yang berasal dari negara-negara berkembang untuk mengetahui dan memahami dengan baik kebutuhan suatu komunitas dari sudut pandang mereka sendiri. Metode RPA berkembang sejak 1980an sebagai kritik terhadap pendekatan epidemiologis tradisional dan survei yang boros waktu dan terlalu kaku dalam memahami kebutuhan kesehatan.

            Pengalaman penggunaan metode appraisal ini menunjukkan bahwa ketika dilaksanakan dengan baik, metode tersebut menghasilkan informasi yang berharga, reliabel, efektif-biaya, dan hemat waktu mengenai status, pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan. Informasi ini dapat mendorong rekomendasi yang memadai untuk meningkatkan kesehatan komunitas dan mempromosikan perubahan dan perkembangan sosial.
          Penggunaan metode RPA untuk mengukur kebutuhan kesehatan komunitas di negara-negara berkembang memiliki pengaruh dan peran yang sangat penting. Namun, hanya sedikit panduan praktis atau rekomendasi terbaru yang memberitahu para peneliti tentang cara terbaik untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengkomunikasikan aktivitas semacam ini. Untuk itulah, setelah sukses melakukan RPA kebutuhan kesehatan dan sosial komunitas di desa tradisional Tulikup, Bali, para pengarang mendiskusikan pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dan menyarankan panduan praktis bagi peneliti lain yang ingin melaksanakan RPA-berfokus-pada-komunitas yang sama.

Tentang Panduan RPA Annett dan Rifkin (1995)
           RPA adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk merumuskan rencana aksi dalam periode waktu pendek, tanpa pengeluaran yang banyak dalam hal waktu dan biaya profesional. Metode ini menggunakan 3 prinsip: (1) mengumpulkan hanya data yang relevan dan dibutuhkan, (2) menyesuaikan investigasi untuk merefleksikan kondisi lokal dan situasi spesifik, dan (3) melibatkan komunitas dalam penemuan kebutuhan komunitas dan pencarian solusi yang tepat.
          Panduan RPA menggunakan piramida informasi kesehatan sebagai kerangka untuk mengumpulkan dan menafsirkan data. Informasi dikumpulkan berdasarkan 10 aspek terkait kesehatan, sebagaimana dalam bagan di bawah ini.
Bagan 1. Piramida Informasi Kesehatan

            Metode RPA selalu membutuhkan tim multisektoral yang meliputi mereka yang bertanggungjawab pada sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu memahami persoalan-persoalan yang teridentifikasi. Pengumpulan data dilakukan antara 1 dan 2 minggu (lebih lama jika paruh-waktu), dengan temuan-temuan yang didiskusikan bersama komunitas pada saat menyelesaikan prosesnya. Ketelitian ilmiah RPA bergantung pada konsep triangulasi, di mana pengumpulan data dari 1 sumber divalidasi atau ditolak melalui proses pengecekan dengan data dari paling tidak 2 sumber atau metode pengumpulan data lainnya. RPA biasanya menggunakan metode ‘bergigi-tiga’ untuk analisis cepat dan partisipasi komunitas: wawancara informan kunci, observasi lapangan,dan review dokumen tertulis.

RPA di Tulikup, Bali: Pengalaman Lapangan
            RPA dilaksanakan untuk mencari tahu kebutuhan kesehatan dan sosial di desa Tulikup, sebuah desa tradisional kecil di Gianyar, sebuah kabupaten luas di Bali Timur, Indonesia. Luasnya sekitar 8  dan terbagi menjadi 7 komunitas yang disebut dinas banjar. Desa ini memiliki sebuah klinik kecil kesehatan komunitas, 5 sekolah dasar, beberapa toko kecil, dan sebuah pasar pagi yang menjual buah dan sayuran. Pekerjaan penduduknya rata-rata adalah membuat batu bata, bertani padi, dan bekerja di organisasi privat maupun pemerintahan. Berdasarkan informasi sensus Mei 2004, Tulikup berpenduduk 7.132 orang.
            Di desa Tulikup terdapat sebuah stasiun radio, bernama Heartline Radio (92.9 FM), yang didirikan untuk memberikan dampak positif bagi kondisi kesehatan dan sosial tetangga-tetangga sekitarnya, yakni komunitas masyarakat Tulikup. Stasiun ini adalah 1 dari 4 stasiun radio jaringan Heartline Indonesia yang berfokus pada pengembangan komunitas. Stasiun radio ini mendapatkan pendampingan dari Health Communication Resources (HCR), sebuah organisasi non-pemerintah Australia, yang mengkhususkan pada penyediaan pelatihan dan konsultasi dalam penggunaan pemrograman radio untuk pembangunan kesehatan dan sosial.
            Asset Focused Rapid Participatory Assesment atau RPA Berfokus-pada-Aset (lihat Bagan 2) dilakukan untuk memprioritaskan kebutuhan dan mengetahui aset komunitas yang diharapkan membantu menyumbang pembangunan dan perubahan sosial. Desain, pengumpulan, dan analisis data dibuat dan dilakukan oleh tim multisektoral. Dua orang lokal mendapatkan persetujuan kepemimpinan lokal untuk asesmen dan berperan sebagai penafsir budaya/bahasa selama proses asesmen.

Bagan 2. Siklus RPA Berfokus-pada-Aset

Data dikumpulkan dalam 2 tahap. Pertama, selama sekitar 2 minggu, mengumpulkan dan menganalisis persepsi masyarakat terhadap kebutuhan atau isu komunitas dan mengidentifikasi setiap aset komunitas. Kedua, minggu ketiga dan terakhir dari periode asesmen, mendiskusikan lebih lanjut dengan partisipan komunitas terpilih tentang informasi yang diperoleh, meminta verifikasi, klarifikasi, dan tukar pendapat tentang isu yang digali dan strategi pengembangan komunitas yang diajukan. Data tambahan dikumpulkan dari laporan tertulis tentang komunitas dan observasi lapangan selama masa asesmen.
            Wawancara dilakukan dengan 58 responden; 36 diwawancara selama tahap pertama, 12 pada tahap kedua saja, dan 10 pada kedua tahap tersebut. Wawancara berlangsung antara 60 dan 90 menit. Di akhir setiap wawancara, tim riset mendiskusikan temuan utama dan observasi wawancara. Ini dilakukan untuk mengkroscek data untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi setiap kesenjangan informasi, dan untuk memastikan bahwa peneliti utama telah memahami dengan baik informasi yang diperoleh.
Di akhir setiap hari, catatan rinci ditulis dan jawabannya di-review dalam hal tema-tema utama, keterhubungan, dan adanya inkonsistensi. Data juga diklasifikasikan berdasarkan 10 blok piramida informasi kesehatan. Data yang diperoleh dari sumber sekunder dan observasi juga di-review dan digunakan untuk perbandingan dan triangulasi data. Proses analisis induktif-kualitatif ini dilakukan selama pengumpulan data, di mana perbedaan di antara para responden yang berbeda atau sumber data dicatat dengan cepat dan diklarifikasi melalui pengumpulan data selanjutnya.

Refleksi dari Lapngan: Sebuah Rekomendasi
        Berdasarkan refleksi atas pengalaman pelaksanaan RPA di Tulikup, para pengarang merekomendasikan 19 hal untuk mengindentifikasi secara cepat kebutuhan kesehatan komunitas. Rekomendasi ini dibagi menjadi 3 kategori utama yang merefleksikan proses RPA, yakni perencanaan, pengumpulan dan analisis data, dan pengkomunikasian dan pengambilan tindakan.
1.    Perencanaan HNA (Health Needs Assesment)
a.      Dapatkan dukungan dan persetujuan dari pemimpin komunitas (baik formal maupun informal) untuk setiap asesmen sebelum memulai RPA
b.    Definisikkan dengan jelas tujuan RPA dan pastikan semua pemangku kepentingan (stakeholders) menyetujuinya
c.      Gunakan beberapa metode pengumpulan data, sehingga memungkinkan untuk mengkroscek informasi (triangulasi metode, investigator, dan data) untuk menambah ketelitian temuan asesmen
d.     Gunakan pendekatan holistik terhadap pembangunan kesehatan dan komunitas dalam lingkup HNA atau RPA berfokus-pada-kesehatan, sehingga masyarakat merasa dilibatkan dan mendukung proses asesmen
e.    Pastikan sumberdaya ada dan tersedia, yang akan mendukung pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi utama, sebelum melaksanakan RPA
f.       Tunjuk sebuah tim riset multidisipliner untuk melaksanakan RPA, yang terdiri dari orang-orang dengan keterampilan, pengalaman, dan sudut pandang yang berbeda-beda, untuk memperoleh wawasan berbeda tentang komunitas yang diteliti
g.      Beri kesempatan dalam jangka waktu tertentu bagi tim riset untuk membangun hubungan dan ikatan di antara mereka sebelum pengumpulan data
2.    Pengumpulan dan analisis data
a.       Pilih metode dan alat dengan hati-hati
b.      Beri waktu paling tidak 3 minggu untuk pengumpulan dan analisis data bagi RPA dalam  memperoleh tanggapan komunitas tentang strategi intervensi yang tepat
c.    Jadilah terorganisir namun fleksibel agar memperoleh sebanyak mungkin informasi dalam jangka waktu yang terbatas, sehingga tujuan awal dapat tercapai namun mampu merespon perubahan keadaan di lapangan
d.     Pilih informan-kunci yang mewakili komunitas, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, status sosio-ekonomi, etnis, dan agama
e.     Dapatkan statistik kesehatan pemerintah, yang diharapkan dapat membantu memverifikasi informasi yang dikumpulkan dengan cara lain
f.     Selain wawancara, sediakan waktu untuk berbincang-bincang secara informal dan insidental di tempat-tempat seperti warung kopi dan pasar setempat untuk mendapatkan informasi yang lebih kaya dan bahkan lebih berharga tentang suatu isu
g.     Buatlah peta aset komunitas, untuk lebih memahami pelayanan dan organisasi yang beroperasi di suatu komunitas, atau sebagai batu loncatan untuk mendialogkan bentuk ‘komunitas yang lebih sehat’
h. Gunakan cara yang tidak begitu formal dalam analisis data untuk asesmen atau penilaian non-epidemiologis
3.    Pengkomunikasian dan pengambilan tindakan
a.       Komunikasikan dengan semua pemangku kepentingan termasuk komunitas yang diteliti
b.      Persiapkan laporan akhir segera setelah menyelesaikan pengumpulan dan analisis data
c.       Pilih beberapa strategi intervensi potensial dan kembangkan proposal untuk tindak lanjut
d.   Lanjutkan untuk menilai kebutuhan kompetensimu dalam hal keterampilan utama yang dibutuhkan untuk merencanakan dan melaksanakan RPA kebutuhan kesehatan komunitas di suatu negara berkembang


[1] Tulisan ini merupakan terjemahan bebas dari beberapa bagian artikel karya E. Pepall, R.W. James, dan J. Earnest, yang dimuat dalam Asia-Pacific Journal of Public Health, Vol. 18, No. 3, 2006.
[2] Mahasiswa Magister Psikologi Unair. Alumnus Ponpes Al-Amin Mojokerto.

No comments: