Mochammad Said[2]
Pendahuluan
Rapid Participatory Appraisal (RPA) adalah sebuah teknik kualitatif untuk
asesmen komunitas yang berasal dari negara-negara berkembang untuk mengetahui
dan memahami dengan baik kebutuhan suatu komunitas dari sudut pandang mereka
sendiri. Metode RPA berkembang sejak 1980an sebagai kritik terhadap pendekatan
epidemiologis tradisional dan survei yang boros waktu dan terlalu kaku dalam
memahami kebutuhan kesehatan.
Pengalaman penggunaan metode appraisal ini menunjukkan bahwa ketika dilaksanakan dengan baik, metode tersebut menghasilkan informasi yang berharga, reliabel, efektif-biaya, dan hemat waktu mengenai status, pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan. Informasi ini dapat mendorong rekomendasi yang memadai untuk meningkatkan kesehatan komunitas dan mempromosikan perubahan dan perkembangan sosial.
Penggunaan metode RPA untuk mengukur kebutuhan kesehatan komunitas di negara-negara berkembang memiliki pengaruh dan peran yang sangat penting. Namun, hanya sedikit panduan praktis atau rekomendasi terbaru yang memberitahu para peneliti tentang cara terbaik untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengkomunikasikan aktivitas semacam ini. Untuk itulah, setelah sukses melakukan RPA kebutuhan kesehatan dan sosial komunitas di desa tradisional Tulikup, Bali, para pengarang mendiskusikan pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dan menyarankan panduan praktis bagi peneliti lain yang ingin melaksanakan RPA-berfokus-pada-komunitas yang sama.
Pengalaman penggunaan metode appraisal ini menunjukkan bahwa ketika dilaksanakan dengan baik, metode tersebut menghasilkan informasi yang berharga, reliabel, efektif-biaya, dan hemat waktu mengenai status, pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan. Informasi ini dapat mendorong rekomendasi yang memadai untuk meningkatkan kesehatan komunitas dan mempromosikan perubahan dan perkembangan sosial.
Penggunaan metode RPA untuk mengukur kebutuhan kesehatan komunitas di negara-negara berkembang memiliki pengaruh dan peran yang sangat penting. Namun, hanya sedikit panduan praktis atau rekomendasi terbaru yang memberitahu para peneliti tentang cara terbaik untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengkomunikasikan aktivitas semacam ini. Untuk itulah, setelah sukses melakukan RPA kebutuhan kesehatan dan sosial komunitas di desa tradisional Tulikup, Bali, para pengarang mendiskusikan pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dan menyarankan panduan praktis bagi peneliti lain yang ingin melaksanakan RPA-berfokus-pada-komunitas yang sama.
Tentang Panduan
RPA Annett dan Rifkin (1995)
RPA adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk merumuskan rencana
aksi dalam periode waktu pendek, tanpa pengeluaran yang banyak dalam hal waktu
dan biaya profesional. Metode ini menggunakan 3 prinsip: (1) mengumpulkan hanya
data yang relevan dan dibutuhkan, (2) menyesuaikan investigasi untuk
merefleksikan kondisi lokal dan situasi spesifik, dan (3) melibatkan komunitas
dalam penemuan kebutuhan komunitas dan pencarian solusi yang tepat.
Panduan RPA menggunakan piramida
informasi kesehatan sebagai kerangka untuk mengumpulkan dan menafsirkan data.
Informasi dikumpulkan berdasarkan 10 aspek terkait kesehatan, sebagaimana dalam
bagan di bawah ini.
Bagan 1. Piramida Informasi Kesehatan
Metode RPA selalu membutuhkan tim
multisektoral yang meliputi mereka yang bertanggungjawab pada sumber daya yang
dibutuhkan untuk membantu memahami persoalan-persoalan yang teridentifikasi.
Pengumpulan data dilakukan antara 1 dan 2 minggu (lebih lama jika paruh-waktu),
dengan temuan-temuan yang didiskusikan bersama komunitas pada saat
menyelesaikan prosesnya. Ketelitian ilmiah RPA bergantung pada konsep
triangulasi, di mana pengumpulan data dari 1 sumber divalidasi atau ditolak
melalui proses pengecekan dengan data dari paling tidak 2 sumber atau metode
pengumpulan data lainnya. RPA biasanya menggunakan metode ‘bergigi-tiga’ untuk
analisis cepat dan partisipasi komunitas: wawancara informan kunci, observasi
lapangan,dan review dokumen tertulis.
RPA di
Tulikup, Bali: Pengalaman Lapangan
RPA dilaksanakan untuk mencari tahu
kebutuhan kesehatan dan sosial di desa Tulikup, sebuah desa tradisional kecil
di Gianyar, sebuah kabupaten luas di Bali Timur, Indonesia. Luasnya sekitar 8
dan terbagi menjadi 7
komunitas yang disebut dinas banjar. Desa ini memiliki sebuah klinik kecil kesehatan
komunitas, 5 sekolah dasar, beberapa toko kecil, dan sebuah pasar pagi yang
menjual buah dan sayuran. Pekerjaan penduduknya rata-rata adalah membuat batu
bata, bertani padi, dan bekerja di organisasi privat maupun pemerintahan.
Berdasarkan informasi sensus Mei 2004, Tulikup berpenduduk 7.132 orang.
Di desa
Tulikup terdapat sebuah stasiun radio, bernama Heartline Radio (92.9 FM), yang
didirikan untuk memberikan dampak positif bagi kondisi kesehatan dan sosial
tetangga-tetangga sekitarnya, yakni komunitas masyarakat Tulikup. Stasiun ini
adalah 1 dari 4 stasiun radio jaringan Heartline Indonesia yang berfokus pada
pengembangan komunitas. Stasiun radio ini mendapatkan pendampingan dari Health
Communication Resources (HCR), sebuah organisasi non-pemerintah Australia, yang
mengkhususkan pada penyediaan pelatihan dan konsultasi dalam penggunaan
pemrograman radio untuk pembangunan kesehatan dan sosial.
Asset
Focused Rapid Participatory Assesment atau RPA Berfokus-pada-Aset (lihat
Bagan 2) dilakukan untuk memprioritaskan kebutuhan dan mengetahui aset
komunitas yang diharapkan membantu menyumbang pembangunan dan perubahan sosial.
Desain, pengumpulan, dan analisis data dibuat dan dilakukan oleh tim
multisektoral. Dua orang lokal mendapatkan persetujuan kepemimpinan lokal untuk
asesmen dan berperan sebagai penafsir budaya/bahasa selama proses asesmen.
Bagan 2. Siklus RPA Berfokus-pada-Aset
Data dikumpulkan dalam 2 tahap.
Pertama, selama sekitar 2 minggu, mengumpulkan dan menganalisis persepsi
masyarakat terhadap kebutuhan atau isu komunitas dan mengidentifikasi setiap
aset komunitas. Kedua, minggu ketiga dan terakhir dari periode asesmen,
mendiskusikan lebih lanjut dengan partisipan komunitas terpilih tentang
informasi yang diperoleh, meminta verifikasi, klarifikasi, dan tukar pendapat
tentang isu yang digali dan strategi pengembangan komunitas yang diajukan. Data
tambahan dikumpulkan dari laporan tertulis tentang komunitas dan observasi
lapangan selama masa asesmen.
Wawancara
dilakukan dengan 58 responden; 36 diwawancara selama tahap pertama, 12 pada
tahap kedua saja, dan 10 pada kedua tahap tersebut. Wawancara berlangsung
antara 60 dan 90 menit. Di akhir setiap wawancara, tim riset mendiskusikan
temuan utama dan observasi wawancara. Ini dilakukan untuk mengkroscek data
untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi setiap kesenjangan informasi, dan
untuk memastikan bahwa peneliti utama telah memahami dengan baik informasi yang
diperoleh.
Di akhir setiap hari, catatan rinci
ditulis dan jawabannya di-review dalam hal tema-tema utama,
keterhubungan, dan adanya inkonsistensi. Data juga diklasifikasikan berdasarkan
10 blok piramida informasi kesehatan. Data yang diperoleh dari sumber sekunder
dan observasi juga di-review dan digunakan untuk perbandingan
dan triangulasi data. Proses analisis induktif-kualitatif ini dilakukan selama
pengumpulan data, di mana perbedaan di antara para responden yang berbeda atau
sumber data dicatat dengan cepat dan diklarifikasi melalui pengumpulan data
selanjutnya.
Refleksi dari Lapngan: Sebuah Rekomendasi
Berdasarkan
refleksi atas pengalaman pelaksanaan RPA di Tulikup, para pengarang
merekomendasikan 19 hal untuk mengindentifikasi secara cepat kebutuhan
kesehatan komunitas. Rekomendasi ini dibagi menjadi 3 kategori utama yang
merefleksikan proses RPA, yakni perencanaan, pengumpulan dan analisis data, dan
pengkomunikasian dan pengambilan tindakan.
1.
Perencanaan HNA (Health
Needs Assesment)
a.
Dapatkan dukungan dan persetujuan
dari pemimpin komunitas (baik formal maupun informal) untuk setiap asesmen
sebelum memulai RPA
b. Definisikkan dengan jelas tujuan
RPA dan pastikan semua pemangku kepentingan (stakeholders) menyetujuinya
c. Gunakan beberapa metode pengumpulan
data, sehingga memungkinkan untuk mengkroscek informasi (triangulasi metode,
investigator, dan data) untuk menambah ketelitian temuan asesmen
d. Gunakan pendekatan holistik
terhadap pembangunan kesehatan dan komunitas dalam lingkup HNA atau RPA
berfokus-pada-kesehatan, sehingga masyarakat merasa dilibatkan dan mendukung
proses asesmen
e.
Pastikan sumberdaya ada dan
tersedia, yang akan mendukung pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi utama,
sebelum melaksanakan RPA
f.
Tunjuk sebuah tim riset
multidisipliner untuk melaksanakan RPA, yang terdiri dari orang-orang dengan
keterampilan, pengalaman, dan sudut pandang yang berbeda-beda, untuk memperoleh
wawasan berbeda tentang komunitas yang diteliti
g.
Beri kesempatan dalam jangka waktu
tertentu bagi tim riset untuk membangun hubungan dan ikatan di antara mereka
sebelum pengumpulan data
2.
Pengumpulan dan analisis data
a.
Pilih metode dan alat dengan
hati-hati
b.
Beri waktu paling tidak 3 minggu
untuk pengumpulan dan analisis data bagi RPA dalam memperoleh tanggapan komunitas tentang
strategi intervensi yang tepat
c. Jadilah terorganisir namun
fleksibel agar memperoleh sebanyak mungkin informasi dalam jangka waktu yang
terbatas, sehingga tujuan awal dapat tercapai namun mampu merespon perubahan
keadaan di lapangan
d. Pilih informan-kunci yang mewakili
komunitas, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin,
status sosio-ekonomi, etnis, dan agama
e. Dapatkan statistik kesehatan
pemerintah, yang diharapkan dapat membantu memverifikasi informasi yang
dikumpulkan dengan cara lain
f. Selain wawancara, sediakan waktu
untuk berbincang-bincang secara informal dan insidental di tempat-tempat
seperti warung kopi dan pasar setempat untuk mendapatkan informasi yang lebih
kaya dan bahkan lebih berharga tentang suatu isu
g.
Buatlah peta aset komunitas, untuk
lebih memahami pelayanan dan organisasi yang beroperasi di suatu komunitas, atau
sebagai batu loncatan untuk mendialogkan bentuk ‘komunitas yang lebih sehat’
h. Gunakan cara yang tidak begitu
formal dalam analisis data untuk asesmen atau penilaian non-epidemiologis
3.
Pengkomunikasian dan pengambilan
tindakan
a.
Komunikasikan dengan semua pemangku
kepentingan termasuk komunitas yang diteliti
b.
Persiapkan laporan akhir segera
setelah menyelesaikan pengumpulan dan analisis data
c.
Pilih beberapa strategi intervensi
potensial dan kembangkan proposal untuk tindak lanjut
d. Lanjutkan untuk menilai kebutuhan
kompetensimu dalam hal keterampilan utama yang dibutuhkan untuk merencanakan
dan melaksanakan RPA kebutuhan kesehatan komunitas di suatu negara berkembang
No comments:
Post a Comment