27 March 2015

Kompetensi Budaya dalam Pelayanan Kesehatan Mental: Pendekatan Ekologi Komunitas

Mochammad Said



Tulisan ini merupakan resume atas artikel yang ditulis oleh Jennifer Abe dari Universitas Loyola Marymount, Los Angeles, Amerika Serikat berjudul A Community Ecology Approach to Cultural Competence in Mental Health Service Delivery: The Case of Asian Americans dan dimuat dalam Asian American Journal of Psychology tahun 2012, Volume 3, Nomor 3, halaman 168-180. Abe -melalui artikelnya- menggunakan pendekatan ekologi komunitas terhadap kompetensi budaya untuk: (1) melihat dan menganalisis konseptualisasi tentang penderitaan, kesejahteraan, dan pelayanan kesehatan mental, dan (2) mengeksplorasi implikasi pendekatan tersebut terhadap penyediaan intervensi kesehatan mental bagi individu dan komunitas, khususnya pada masyarakat Asia-Amerika di Amerika Serikat.

Teori Psikologi Sosial: Teori Pernyataan-Harapan dan Posmodernisme



Mochammad Said
Mahasiswa Magister Psikologi Unair


A.  Teori Pernyataan-Harapan (Expectation-States Theory)
            Teori pernyataan-harapan diawali oleh studi yang dilakukan oleh Robert F. Bales tentang perilaku interpersonal individu dalam kelompok (small group) (Delamater, 2006). Dalam studi tersebut ia menem ukan hasil bahwa walaupun tidak ada struktur kelompok dan seluruh anggota kelompok memiliki kesamaan (kedudukan/status) sosial, terjadi ketidaksetaraan (inequalities) interaksi dalam kelompok tersebut. Anggota kelompok yang lebih aktif, dibandingkan anggota lainnya, dianggap memiliki ide paling baik dan paling mempengaruhi dinamika kelompok. Studi Bales tersebut mempengaruhi Joseph Berger, Bernard Cohen, Morris Zelditch, dan kolega-kolega mereka untuk mempelajari penyebab dan proses terjadinya ketidaksetaraan (diistilahkan sebagai ‘struktur “power and prestige” kelompok’) yang terjadi dalam kelompok.

Mengajukan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam*



Mochammad Said
Mahasiswa Magister Psikologi Unair Surabaya


            Tujuan dari wawancara mendalam adalah untuk mencapai dua hal, yaitu: 1) keluasan cakupan terhadap masalah-masalah utama, dan 2) kedalaman cakupan terhadap masing-masing masalah utama. Berdasarkan kedua tujuan ini, secara umum ada dua jenis pertanyaan, yaitu content mapping questions dan content mining questions. Yang pertama didesain untuk membuka wilayah penelitian dan mengidentifikasi dimensi atau masalah yang relevan dan berkaitan dengan partisipan. Sedangkan yang kedua didesain untuk mengeksplorasi detail yang terletak di dalam setiap dimensi, untuk mengetahui makna dari setiap dimensi yang dirasakan/dialami oleh orang yang diwawancarai (interviewee), dan untuk menghasilkan pemahaman yang mendalam dari sudut pandang interviewee. Setiap wawancara melibatkan kombinasi dari kedua jenis pertanyaan ini dan keduanya tidak terbatas hanya pada beberapa bagian dari wawancara.

Psikologi Politik dalam Perspektif Psikologi Kritis[*]


Mochammad Said
Mahasiswa Magister Psikologi Unair


Psikologi Kritis: Sebuah Pengantar
            Psikologi kritis merupakan sebuah paradigma psikologi yang menentang psikologi arus utama. Kata kritis sendiri bermakna suatu perlawanan terhadap sesuatu yang diyakini sebagai kebenaran umum. Dalam konteks psikologi, psikologi kritis bermakna bahwa ia merupakan suatu pendekatan keilmuan yang melawan teori dan praktik psikologi arus utama. Yang dimaksud psikologi arus utama adalah psikologi yang biasa diajarkan di perguruan tinggi dan dipraktikkan oleh ahli psikologi klinis, peneliti, dan para konsultan psikologi. Ia mencerminkan psikologi sebagai sains yang obyektif dan bebas nilai, serta berusaha memahami perilaku manusia dan membantunya menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan modern.