Saya pertama kali berkenalan dengan dunia membaca yang 'serius' sejak kelas 1 MA. Ketika itu saya mengetahui bahwa di daerah saya baru didirikan perpustakaan percontohan yang diprakarsai oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Saya sebenarnya kurang menyukai bacaan-bacaan yang 'serius', apalagi kalau sudah membaca istilah-istilah yang sulit dimengerti seperti empiris, kuantum, anatomi, dan sebagainya yang berbau ilmiah. Namun, entah kenapa, akhirnya toh saya memberanikan diri untuk berkunjung ke sana.
Saat saya masih duduk di kelas 3 Mts, saya sudah mengetahui berita adanya perpustakaan tersebut dari kakak-kakak kelas yang pernah berkunjung ke sana dan bahkan telah mendaftar sebagai anggota. Sejak saat itulah saya merasa penasaran dan berkeinginan kuat untuk membaca buku-buku yang ada di sana. Padahal, ketika itu saya sendiri belum tahu jenis buku apa yang akan saya baca. Apalagi, sebagaimana lazimnya siswa kelas 3, saya harus memfokuskan pikiran saya untuk menghadapi UAN. Keinginan saya jadi tertunda. Namun saya tetap punya keinginan yang kuat bahwa setelah UAN dan UAS selesai, saya akan berkunjung ke sana, mendaftar sebagai anggota, dan melahap buku-buku yang ada.
Dan, Alhamdulillah, keinginan saya tercapai. Begitu UAS selesai, beberapa hari setelahnya saya langsung berangkat menuju perpustakaan dan mendaftar sebagai anggota. Setelah itu saya mencoba melihat-lihat buku-buku yang ada, dan berusaha menemukan buku yang saya minati. Ternyata saya menemukan novel, kumpulan cerpen, dan novelet yang bagi saya ketika itu paling menarik. Saya pun meminjamnya dan membacanya di rumah untuk mengisi waktu luang di masa liburan dan sekaligus sebagai obat rasa haus saya akan bacaan.
Dan seiring berjalannya waktu, minat baca saya pun merambah ke bidang-bidang lain seperti agama, sosial, ekonomi, filsafat, politik, dan sebagainya. Saya ketika itu hanya merasa bahwa saya memang harus membaca sebanyak-banyaknya agar pengetahuan dan wawasan saya semakin luas. Namun, kalau boleh menyebut seseorang yang memiliki peran besar terhadap perubahan diri saya, maka saya memilih Ustadz Aang Baihaqi. Beliau adalah salah satu ustadz (guru) di madrasah dan pesantren saya. Pertama kali beliau mengajar saya saat masih kelas 3 MTs semester 1. Beliau mengajar mata pelajaran Aswaja/ Ke-NU-an. Baru pertama kalinya mengajar, beliau mendorong kami untuk berkarya dan membaca. Beliau memberikan contoh orang-orang sukses seperti Soekarno, Hatta, Gus Dur, dan sebagainya. Beliau juga mengajarkan, walaupun secara tidak langsung, agar kita berpikir kritis, rasional, dan ilmiah. Penjelasan-penjelasannya memang masih sulit ditangkap oleh siswa-siswa, karena sangat berbeda dengan apa yang terdapat di dalam buku bacaan wajib. Kami pun hanya bisa tercengang dan diam membisu (karena bingung) setiap kali mendengarkan penjelasan beliau di kelas. Namun, bagi saya, dan mungkin teman-teman sekelas lainnya, justru hal itulah yang membuat saya penasaran setengah mati untuk mengetahui apa yang dimaksudkan oleh beliau. Dan rasa penasaran itulah yang akhirnya mengantarkan saya pada pembacaan terhadaap berbagai bacaan yang mungkin bagi sebagian orang dianggap sulit dan berat.
Lalu, apa hubungannya dengan judul 'Sosialisme' yang saya berikan untuk blog saya? Sebenarnya jawabannya sangat sederhana. Namun saya ingin menjelaskan secara lebih gamblang agar lebih jelas dan tidak membuat Anda, para pembaca, kebingungan, mengangap aneh, atau penasaran.
Ceritanya bermula dari kegemaran saya terhadap bacaan-bacaan yang bisa dibilang berat, mulai dari agama, sosial, ekonomi, filsafat, hingga politik. Dan dari bacaan-bacaan itulah saya mulai mengenal istilah-istilah semacam rasionalisme, empirisme, emanasi, kapitalisme, liberalisme, aufklarung, dan termasuk juga sosialisme.
Setelah melakukan pembacaan yang cukup lama, walaupun mungkin belum bisa dibilang mendalam, saya mengambil sedikit kesimpulan bahwa cara terbaik untuk mengatasi problem dan krisis yang melanda Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya adalah dengan menerapkan sistem ekonomi-politik yang didasari oleh filsafat sosialisme. Yang saya maksud dengan sosialisme di sini bukanlah Marxisme-Leninisme, Marxisme ala Stalin, atau Marxisme versi-versi lainnya. Yang saya maksud adalah sosialisme yang kontekstual, up to date, menyejarah, dan membumi. Yang saya maksud adalah sosialisme yang mampu berdialog dengan bahasa tempat ia berada dan hidup, sosialisme yang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, dan sosialisme yang mampu menghargai, menghormati dan bahkan mengangkat harkat dan martabat lingkungan tempat tinggalnya dengan menampilkan ciri khasnya yang unik. Dengan demikian, maka dapat diharapkan munculnya sebuah tatanan masyarakat sosialis yang sebenar-benarnya, yang menyejahterakan rakyatnya dan memenuhi aspirasi mereka dalam segala aspek yang bersifat positif.
Oleh karena itulah saya mencantumkan kata 'sosialisme' sebagai judul blog saya, dengan sebuah harapan besar bahwa adanya blog ini dapat membuat kita semua tergerak dan bergerak untuk melakukan sebuah usaha yang terus-menerus dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan tatanan masyarakat sosialis yang ideal. Kita tidak boleh menyerah, kita harus yakin bahwa apa yang kita cita-citakan itu pasti akan terwujud di masa depan, dan kita adalah bagian dari perintisnya. Lao Tse pernah mengatakan: ”Perjalanan satu mil dimulai dari satu langkah”. Dan Henry Ford pun berkata: ”Whether you believe you can or whether you believe you can't, you are absolutely right”.
Mari kita tuntaskan perubahan menuju Indonesia yang lebih baik!!!
No comments:
Post a Comment