23 May 2012

Membaca, Pintu Ilmu Pengetahuan*

Membaca. Apakah membaca itu (makanan, mainan, atau apa)? Membaca berasal dari kata dasar baca dengan awalan (prefiks) me-. Menurut bahasa, membaca adalah mengeja dan melafalkan tulisan. Sedangkan menurut istilah, membaca adalah melihat dan memahami isi dari tulisan (baik dengan cara melisankan atau hanya dalam hati). Berangkat dari pengertian tersebut, seseorang dikatakan membaca apabila ia telah melihat dan memahami tulisan yang dibacanya, baik dengan cara mengeja dan melafalkan atau hanya dalam hati. Oleh karena itu, orang yang setelah membaca kemudian tidak paham akan maksud atau isi dari apa yang dibacanya, maka ia belum bisa dikatakan membaca.

Manfaat Membaca

Kalau kita mendengar kata membaca, mungkin khayalan kita akan tertuju pada buku-buku yang banyak dan bertumpuk-tumpuk. Kita seolah merasa bahwa tumpukan buku-buku itu akan menimpa kita, hingga kita pusing karena tertimpa mereka. Mereka semua kelihatan seperti monster yang siap menginjak-injak dan menghancurleburkan diri kita.

Apabila kita mau menelusuri secara lebih serius dan mendalam, mungkin kita bisa menemukan hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan dan terekam dalam otak, apa yang kita baca dari buku-buku itu. Di dalamnya kita bisa belajar untuk mengolah dan melatih kecerdasan otak kita berdasarkan pemahaman kita terhadap isinya setelah membaca. Di dalam dunia kehidupan ini, banyak sekali informasi tentang bermacam hal, baik yang sifatnya lokal, interlokal, nasional, atau bahkan internasional, sehingga mau tidak mau kita harus mengaksesnya sescara selektif. Apalagi dalam era globalisasi seperti sekarang ini, di mana dunia seakan bola peta yang amat kecil dan jarak antara suatu daerah dengan daerah lainnya tak berarti bagi terbukanya jendela informasi dunia. Dan untuk melakukannya, antara lain kita harus membaca dan membaca. Bukan begitu?!

Faktor-faktor Keengganan Membaca

Kegiatan membaca bagi sebagian orang mungkin terlihat membosankan. Apalagi bagi para pelajar yang dituntut untuk membaca seluruh mata pelajaran sekolahnya –yang antara lain agar sukses dalam ujian dan ulangan- membaca buku-buku pengetahuan sebanyak-banyaknya bisa sangat mengganggu (distortif) aktivitas belajar mereka. Lha wong, untuk membaca buku-buku pelajaran saja terkadang malas, apalagi yang lainnya.

Sebenarnya rasa malas atau enggan membaca di kalangan pelajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya internal (berasal dari dalam) ataupun eksternal (berasal dari luar). Faktor internal ada beberapa hal. Pertama, si anak mungkin kurang tahu dan memahami arti penting atau manfaat yang akan didapatkan dari membaca. Kedua, si anak malas untuk melakukan kegiatan membaca karena rasa inferior (rasa rendah diri) dan pesimis (putus asa) yang tertanam dalam dirinya, dan ia belum mampu mengubahnya. Dan ketiga, manajemen waktu (time table) yang kurang akurat dan efektif bagi dirinya. Artinya, ia (si anak) belum bisa mengatur dan membagi waktunya dengan baik, seperti terlalu banyak bermain, tidur terlalu lama, dan sebagainya. Sehingga waktu yang seharusnya untuk belajar tersita oleh yang lainnya.

Sedangkan faktor eksternal kemungkinan adalah karena dua hal. Pertama, lingkungan yang kurang mendukung, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Misalnya larangan orang tua untuk terlalu banyak membaca karena dianggap percuma atau sia-sia, tidak berguna. Hal ini dapat menimbulkan rasa pesimis pada diri si anak. Kedua, minimnya literatur-literatur yang tersedia (kurang memadai). Hal ini dapat dimisalkan perpustakaan sekolah yang tidak begitu lengkap bukunya dan kurang bisa memenuhi kebutuhan buku siswa. Atau bisa juga perpustakaan umum yang keadaannya memang seperti itu. Keadaan ini dapat memunculkan rasa malas pada diri si anak atau siswa yang sebelumnya haus akan bacaan-bacaan tersebut.

Cara Menanggulangi Keengganan Membaca dan Meningkatkan Kegemaran Terhadapnya

Kegiatan dan kegemaran membaca sebenarnya bisa menjadi sesuatu yang menarik dan bermanfaat atau menguntungkan apabila kita mau dan mampu memperlakukannya dengan baik dan benar. Ada berbagai macam cara yang bisa kita ambil dan kita laksanakan agar kegemaran membaca melekat dalam diri kita. Ini tergantung pada diri kita masing-masing (individually), apakah bersedia atau tidak untuk itu.

Antara lain adalah yang tersebut berikut ini. Pertama, menata dan membulatkan niat dan tekad dalam diri. Hal ini penting bagi kita untuk memulai suatu hal agar tercapai dengan baik dan benar, sesuai dengan apa yang diharapkan. Niat dan tekad harus kita pegang dan kita genggam erat-erat, jangan sampai terputus atau sirna sebelum tiba di tujuan. Karena apabila kedua hal tersebut sudah tidak ada di tangan kita, maka kecil sekali kemungkinan bagi kita untuk menapaki jalan menuju sukses. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Innama al-a’maalu bi an-niyyaati, wa innamaa li kulli imriin maa nawaa”, yang artinya adalah “Sesungguhnya (sahnya) perbuatan atau amal itu tergantung niatnya, dan tiap-tiap orang akan mendapat apa yang sesuai niatnya”.

Kedua, memahami manfaat dari kegiatan membaca. Sudah seyogyanya segala perbuatan dilakukan dengan tujuan dan maksud tertentu. Ini penting bagi seseorang agar bisa berancang-ancang dan bersiap diri berangkat ke tujuan yang ia inginkan. Begitu pula membaca. Dalam hati, kita harus memiliki motivasi: “Apakah manfaat yang akan aku dapat dari kegiatan ini (membaca)? Untuk apa aku membaca buku ini dan itu?” Tanyakan pada diri kita dan pahami, lalu wujudkan.

Ketiga, lingkungan yang mendukung (kondusif). Untuk menciptakan suasana yang kondusif, maka lingkungan yang ada harus dijadikan kondosif. Dan ini tentunya bertujuan agar dapat tercipta keserasian antara suasana dan lingkungan sehingga dengan begitu keinginan untuk membaca juga besar. Begitu pula sebaliknya, apabila lingkungan tidak mendukung (kondusif), maka keinginan atau semangat membaca akan menjadi kecil. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya kita bisa melakukan antara lain menetapkan peraturan atau disiplin wajib yang intinya bisa mengarahkan para siswa untuk gembar membaca. Tentunya harus dilaksanakan secara bertahap (step by step), bukannya secara radikal.

Keempat, sarana dan prasarana yang memadai. Dalam setiap lembaga pendidikan, pihak yayasan tentu berkeinginan menciptakan lembaga yang baik dan sempurna (berkualitas). Hal ini selain bertujuan meningkatkan image masyarakat, juga agar kegiatan belajar-mengajar bisa berlangsung baik, sehingga output-nya pun bagus. Selain itu, dalam usaha peningkatan kualitas siswa, harus diusahakan agar mereka (siswa-siswi) gemar membaca. Karena dengan membacalah kepintaran mereka akan bertambah, begitu pula kualitas mereka. Untuk mewujudkan itu, sudah seharusnya pihak yayasan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, seperti perpustakaan, ruang audio-visual, dan laboratorium praktik.

Melalui kegiatan atau aktivitas praktik di laboratorium dan ruang audio-visual, pengetahuan yang telah mereka miliki (teori) akan semakin menancap kuat dalam diri. Artinya, mereka mampu memahami dan menguasainya dengan baik. Begitu pula dari kegiatan membaca di perpustakaan, pengetahuan mereka akan bertambah terus-menerus, karena semakin mereka ingin tahu, maka semakin sering pula mereka membaca. Oleh karena itu, mereka perlu diberi rangsangan yang membuat mereka penasaran dan ingin tahu. Dengan begitu, mereka akan semakin rajin mencoba (praktik) di laboratorium dan atau membaca buku-buku yang ada di perpustakaan.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwasannya kegemaran membaca sangatlah baik dan penting untuk diwujudkan, karena ia merupakan pintu menuju ilmu pengetahuan. Untuk itu, perlu diadakan stimulasi-stimulasi yang bersifat pengarahan. Dan sebelum hal tersebut dilakukan, perlu dicari dan diketahui terlebih dahulu kendala-kendala atau hambatan-hambatannya. Hal ini agar jangan sampai harapan yang sudah diidamkan terputus, atau bahkan sirna sebelum sampai pada tujuan, sehingga harapan itu tidak bisa tercapai.
Wallahu a’lam bis showab.

__________________________________
(*) Artikel ini merupakan artikel lama yang tidak sengaja penulis temukan ketika sedang beres-beres buku di rumah penulis. Penulis lupa pada tahun berupa menulis artikel ini. Namun, sebagaimana tertera di bawah akhir lembar tulisan aslinya, ia ditulis ketika penulis masih nyantri di Ponpes Al-Amin, Mojokerto.

No comments: