Alhamdulillah. Itulah kata pertama yang saya ucapkan setelah menyelesaikan penyuntingan dan penerbitan buku Pecinta Tuhan karya almarhum Ustadz Aang Baihaqi. Terbitnya buku tersebut saya harapkan dapat menjadi pelepasan beban psikologis yang selama ini saya rasakan. Mengapa demikian? Karena selama 2 tahun lebih saya kepikiran tentang hal tersebut. Dan rasanya tentu sangat tidak nyaman ketika kita kepikiran tentang suatu hal yang harus diwujudkan namun tidak terselesaikan.
Awal mula ide penerbitan buku tersebut sebenarnya sudah muncul sejak tahun 2012, di masa-masa kritis studi sarjana (baca: penulisan skripsi). Entah kenapa, suatu saat (ketika itu), saya teringat perkataan almarhum beberapa tahun sebelum beliau wafat. Beliau mengatakan bahwa beliau bercita-cita untuk menerbitkan kumpulan tulisan yang diterbitkan secara berkala di Buletin Ad-Da’wah -buletin Jumat PP Al-Amin- menjadi sebuah buku. Dari situlah kemudian saya berpikir bahwa akan sangat baik dan bermanfaat kalau cita-cita tersebut direalisasikan.
Waktu itu saya memiliki ide untuk menerbitkan kumpulan tulisan di buletin tersebut menjadi 2 buku. Pertama, buku yang memuat tulisan-tulisan beliau di rubrik Kedai Sufi. Kedua, buku yang memuat tulisan-tulisan para santri di rubrik lain dari buletin itu. Namun dalam perjalanannya, proses yang harus saya jalani untuk mewujudkan kedua buku tersebut tidaklah mudah. Hal ini terjadi karena arsip Buletin Ad-Da’wah tidak terdokumentasikan dengan baik. Terkait hal ini, silakan baca dalam Kata Pengantar buku Pecinta Tuhan. Oleh karena itulah saya memutuskan untuk mengubah target: menerbitkan target buku pertama saja. Dalam pikiran saya: daripada keduanya tidak terselesaikan, lebih baik fokus pada 1 buku namun bisa terlesaikan. Dan alhamdulillah, akhirnya buku pertama bisa benar-benar terselesaikan, dan terbit dengan judul (lengkap) Pecinta Tuhan: Mutiara Hikmah dari Kedai Sufi pada pertengahan 2016 lalu.
Saya sebenarnya juga berharap bahwa terbitnya buku tersebut menjadi semacam katalisator yang dapat mendorong para guru dan santri PP Al-Amin untuk berkarya lewat tulisan. Dalam pikiran saya, sebenarnya begitu banyak materi di PP Al-Amin yang dapat diolah sebagai bahan untuk diterbitkan dalam bentuk buku. Sebagai contoh, buku-buku yang sangat memungkinkan untuk diterbitkan dalam waktu dekat adalah antologi cerpen, antologi puisi, antologi kolom/opini, antologi karikatur/komik, kumpulan khutbah Jumat, kumpulan ceramah asatidz dan kiai, dan buku ajar. Bahkan draf 2 buku, yaitu 1 antologi puisi dan 1 antologi cerpen -yang digarap oleh para santri peserta UKS Jurnalistik- sebenarnya sudah siap diterbitkan hampir bersamaan dengan terbitnya buku Pecinta Tuhan, namun pihak penerbit yang menjanjikan akan menerbitkannya hingga kini belum memberikan kejelasan. Semoga saja segera ada pemecahan untuk masalah ini dalam waktu dekat.
Saya punya harapan besar bahwa PP Al-Amin Mojokerto suatu hari kelak memiliki Divisi Penerbitan tersendiri. Dan akan lahir karya-karya dari asatidz, santri, ataupun alumni yang diterbitkan oleh Divisi Penerbitan tersebut. Hal ini sekaligus akan menunjukkan -serta mendorong- bahwa budaya literasi di pesantren ini tumbuh dan berkembang dengan baik. Semoga.
No comments:
Post a Comment